Minggu, 21 Mei 2023

Aku Tidak Tahu Dari Mana Semuanya Dimulai

      Aku tidak tahu dari mana semuanya dimulai, tetapi kejadian itu terasa seperti mimpi yang tak pernah dimulai. Aku tidak tahu pasti apa yang sedang kurasakan. Aku juga tidak tahu siapa dia, sehingga aku bersikap dingin padanya. Aku juga tidak mengerti mengapa aku merasa simpati padanya. Sulit untuk menggambarkan perasaan yang ada di dalam hatiku ini. Aku merasa perasaan ini hanya perlu diketahui olehnya saja, bukan oleh orang lain. Mungkin lebih baik jika perasaan ini diekspresikan melalui tulisan.

        Baru-baru ini aku menyadari mengapa orang-orang tidak mencatat perasaan mereka ketika mereka sedang bahagia, sedih, senang, atau sulit. Aku tahu itu adalah bagian dari privasi mereka, bukan sesuatu yang harus mereka ceritakan kepada semua orang. Lebih baik menyimpannya sendiri daripada terkenal tetapi hanya mempermalukan diri sendiri. Seorang penulis seringkali menulis apa yang mereka rasakan atau pikirkan, entah itu benar atau salah, hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

        Kembali ke masalah awal, aku tidak tahu siapa dia sebenarnya. Yang aku tahu hanya gambaran tentang dirinya yang dia ceritakan, meskipun aku tidak yakin apakah itu jujur atau bohong, aku tetap mempercayainya. Meskipun pada awalnya banyak kebohongan dalam ceritanya, karena dia mulai menceritakan kepadaku secara pribadi akhir-akhir ini, aku tetap menikmati apa yang dia ceritakan. Lucu sekali saat itu, dia adalah seseorang yang benar-benar kubenci dan jengkel, tetapi mengapa saat dia tidak ada, aku merasa rindu dan merindukannya. Di tempat perkuliahan, saat aku dekat dengannya, aku merasa jengkel, seolah bertanya dalam hati, 'Siapa dia?' Namun, saat dia tidak ada, aku bertanya-tanya, 'Kemana dia pergi? Mengapa tidak ada kabar darinya?' Aku bingung, khawatir, dan mencari tahu. Dua minggu berlalu, aku bertemu dengannya lagi dan perasaanku lega. Namun, ada sesuatu yang aneh dengan dia. Dia terlihat murung, tapi aku tidak tahu apa yang terjadi padanya.

        Yang bisa aku lakukan hanyalah menghiburnya, dengan meledeknya seolah aku adalah orang yang sombong, selalu memamerkan apa yang kumiliki. Sampai dia kesal dan akhirnya aku bisa berkomunikasi dengannya. Lucu sekali ketika dia meminta berfoto bersama, dan aku tidak menyadari bahwa foto itu akan menjadi kenangan pertama bagi kita. Kami selalu tertawa ketika kita membahasnya sekarang. Seiring berjalannya waktu, aku memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan yang kurasakan padanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar