Selasa, 30 Mei 2017

BIOGRAFI

            Saya yang bernama Fauzi Fadilla biasa dipanggil Oji, Ojan, dan Zhein, lahir di Kampung Salo, Jakarta Barat, DKI Jakarta pada 11 April 1995. Saya adalah anak keturunan suku Betawi asli yang saat ini mulai terpinggirkan di DKI Jakarta.

    Saya merupakan anak dari pasangan Suhandi dan Marif’ah, serta memiliki dua adik perempuan cantik bernama Fatimah Fadillah dan Farabia Fadilla. Sejak usia 4 tahun, tepatnya pada tahun 1999, saya sudah mulai bersekolah di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA).

    Di TPA tersebut, saya belajar mengaji dan mempelajari al-Quran sejak dini. Pada tahun pertama saya di tempat tersebut, saya berhasil meraih juara sejabodetabek untuk penghafal surat-surat pendek Al-Quran. Setelah dua tahun belajar di TPA, saya menjadi mahir dalam membaca Al-Quran. Kemudian, pada tahun 2001, saya melanjutkan pendidikan formal di SDN Kembangan Utara 010 selama 6 tahun.

    Kehidupan saya di sekolah formal tersebut biasa-biasa saja dengan beberapa kenakalan yang wajar. Orang tua saya hanya datang ke sekolah saat pengambilan nilai atau raport setiap percaturwulan atau persemester. Masa kecil di Sekolah Dasar, yang menurut sebagian orang ceria, saya habiskan dengan rasa cemas dan sering terintimidasi oleh teman-teman yang lebih kuat. Bukan karena saya tidak mau melawan, tetapi saya khawatir akan reaksi orang tua teman-teman jika saya berani melawan.

    Pernah suatu kali, teman di rumah berkelahi dengan saya hingga ia menggigit telinga saya. Saya kemudian membalas dengan menggit mata teman tersebut hingga ia terluka parah dan harus dilarikan ke klinik terdekat. Orang tua teman datang dan memarahi saya. Kejadian tersebut membuat saya trauma terhadap perkelahian, baik itu untuk hal-hal sepele, ejekan, atau penghinaan. Yang saya ingat hanyalah intimidasi dari teman-teman di sekolah dasar tersebut.

    Ujian kelulusan tiba dan saya menjalaninya tanpa takut atau khawatir. Sebelum ujian, saya telah belajar selama 3 bulan. Karena jarak tempat ujian yang jauh dari sekolah, yaitu di SMPN 215 Jakarta di Meruya Utara, saya harus bermalam di rumah nenek yang hanya berjarak 10 menit berjalan kaki dari tempat ujian. Ujian berjalan dengan cepat dan saya keluar dari ruangan ujian dengan perasaan santai. Saya tidak merasa takut atau stres seperti teman-teman yang didampingi oleh orang tua mereka. Orang tua saya hanya datang saat hari pengambilan raport, sedangkan untuk hal lain mereka tidak bisa hadir karena memiliki pekerjaan rumah yang tidak pernah ada habisnya.

    Liburan setelah ujian kelulusan tiba, dan saya mendapatkan nilai yang rendah. Namun, nilai 59.820 tersebut merupakan nilai tertinggi di sekolah, meskipun rendah menurut pandangan saya. Dengan nilai kelulusan ujian nasional sebesar itu, saya dapat masuk ke sekolah menengah yang saya inginkan pada tahun 2007, yaitu SMPN 215 Jakarta. Pada tahun pertama di SMP, saya menghadapi masalah jerawat di wajah akibat perubahan hormonal, tetapi saya tetap fokus pada belajar dan selalu memperhatikan guru, meskipun tidak terlalu memperdulikan teman sekitar. Sebagai hasilnya, saya mencapai prestasi yang cukup baik di sekolah meskipun banyak murid yang lebih pintar.

    Ketika memasuki tahun kedua, masalah jerawat semakin parah akibat kelebihan minyak di wajah. Suatu hari, teman mengajak saya bermain di sebuah tempat yang ramai dengan suara senjata dan kata-kata kotor. Meskipun awalnya saya merasa cemas, rasa penasaran saya lebih besar sehingga akhirnya saya terjerumus ke tempat tersebut yang teman-teman kenal sebagai warnet game online.

    Saya menghabiskan satu tahun kedua di SMP dengan mengasah kemampuan bermain keyboard dan strategi di komputer di tempat tersebut. Kemudian, tiba saatnya menghadapi UJIAN NASIONAL pada tahun terakhir di SMP. Belajar dan belajar menjadi rutinitas sehari-hari. Para guru juga sangat bersemangat dalam menyusun program dan percobaan ujian nasional, sehingga kami seperti kelinci percobaan dari pemerintah dan para guru. Ujian berlangsung selama empat hari dengan empat mata pelajaran yang diujikan, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan IPA. Setelah empat hari tersebut, saya tidak belajar lagi karena sudah mempersiapkan diri dengan baik sebelumnya. Setelah ujian selesai, nilai diumumkan, dan saya terkejut melihat banyak rekan yang tidak lulus ujian nasional. Hampir 70% murid SMP di Jakarta tidak lulus ujian nasional, sehingga banyak SMP di Jakarta yang harus mengulang ujian pada tahun 2010.

    Berbeda dengan teman-teman yang lain, saya lulus dengan nilai yang memuaskan, yaitu 29.00, yang merupakan akumulasi dari keempat pelajaran. Namun, nilai tersebut tidak dihargai oleh pemerintah. Meskipun lulus di putaran pertama ujian nasional, nilai saya disejajarkan dengan putaran kedua yang memiliki nilai yang lebih tinggi karena soal yang sama dan banyak sekolah yang mengerjakannya dengan bimbingan guru. Akibatnya, harapan untuk masuk ke sekolah menengah negeri yang saya inginkan sirna. Karena minat saya pada bidang keuangan, saya akhirnya masuk SMK Tunas Harapan dengan jurusan Akuntansi. Sekolah tersebut menjadi tempat bagi saya untuk mengembangkan minat belajar ekonomi dan keuangan. Selama di sekolah menengah, saya tidak hanya fokus pada pembelajaran ekonomi, tetapi juga mengikuti kegiatan di organisasi seperti PASKIBRA.

    Di organisasi tersebut, saya mendapatkan banyak pelajaran tentang kepemimpinan, kedewasaan, dan solidaritas. Saya meraih banyak prestasi sebagai anggota PASKIBRA bersama dengan pelatih. Prestasi kami terus bertambah hingga tahun terakhir saya di SMK. Meskipun kami sempat kalah di awal karena adanya kecurangan dalam penilaian juri, kami tetap tegar. Waktu berjalan dengan cepat, dan saatnya bagi saya dan rekan-rekan untuk meninggalkan sekolah dan memulai kehidupan sebenarnya. Pada tahun 2013, saya lulus dengan nilai yang memuaskan.

    Pada akhir tahun 2013, saya mendapatkan pekerjaan pertama sebagai staf administrasi penjualan. Sebelumnya, saya sempat ditolak menjadi pelayan di PT. Griya Mie Sejati dan cleaning service di PT SSS. Pekerjaan sebagai admin sales memberikan pengalaman yang lumayan dan sedikit tanggung jawab. Selama enam bulan pertama, saya merasa puas dengan pekerjaan tersebut, sehingga saya dipromosikan menjadi kepala gudang. Meskipun saya masih berusia 20 tahun saat itu, saya harus mengkoordinasi rekan kerja yang lebih senior. Awalnya, saya merasa canggung, tetapi saya tetap menjalankan tugas dengan mengikuti standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Tanpa terasa, saya sudah bekerja selama tiga tahun di sana. Namun, karena tekanan yang berat dan kurangnya penghargaan dari perusahaan, saya memutuskan untuk mundur dan mencari pekerjaan baru yang dapat memanfaatkan bakat dan kemampuan saya.

    Sekarang, saya telah menemukan pekerjaan baru yang lebih baik untuk mengembangkan bakat dan potensi saya. Jika Anda ingin menghubungi saya, Anda dapat menghubungi nomor telepon saya yang juga terhubung dengan WhatsApp di 082213684995. Selain itu, saya memiliki akun Twitter yang akan saya jadikan trademark dengan nama @Jarakdekat215, dan alamat email saya adalah fauzi.formal215@gmail.com.