Sabtu, 31 Mei 2014

Kamis 22 Mei 2014

    Pagi ini saya bangun agak siang dengan niat agar nanti di Depo tidak mengantuk dan dapat beraktivitas dengan lancar. Namun, tampaknya hari ini saya terlambat. Tepatnya, sudah macet di jalan layang Daan Mogot pesing. Untungnya, saya sudah naik atau berada di bus TJ. Meskipun macet, setidaknya sudah bisa dipastikan dan diperkirakan. Bayangkan jika saya masih menunggu, kemungkinan saya akan terlambat sekitar 44 menit lagi. "Just for me itu benar, haha". Entah apa yang saya bicarakan. Jika tadi saya berangkat 5 menit lebih awal, pada jam ini saya sudah sampai di Harmoni dan tinggal menunggu 5 menit untuk bus berikutnya.

    Saya merasa hari ini sangat panas, bahkan melihat seorang wanita kepanasan dan menggunakan kipas-kipas, mungkin itu produk dari katalog Oriflame yang berfungsi sebagai kipas. Sudah macet dan panas. Tapi itulah Jakarta, tiada hari tanpa dua kata tersebut, terutama saat musim kemarau seperti ini. Namun, kata tersebut berubah hanya dengan satu kata, dari "panas" menjadi "dingin".

    Jika ditanya tentang macetnya Jakarta, hanya mereka yang asli Jakarta yang pernah merasakan saat Jakarta benar-benar lancar. Yaitu saat lebaran. Karena yang membuat macet di Jakarta bukanlah orang Jakarta asli, melainkan orang-orang yang datang ke Jakarta dan tidak tahu aturan main di Jakarta seperti apa. Meskipun sebenarnya mereka sudah tahu seperti apa Jakarta, tetap saja mereka datang. Memang orang Indonesia tidak pernah menyerah, demi sebutir beras katanya, atau bahkan sebongkah berlian. Mereka menghadapi segala bahaya dan rintangan di Jakarta.

    "Loh, kok jadi ke sana?" Saat membicarakan Jakarta, sebagai kota kelahiran saya dan tempat saya dibesarkan, saya tahu baik buruknya Jakarta. Jadi, jangan melihat Jakarta sebelah mata. "Kalau perlu, lihat dengan empat mata, eaya eaya eya". "Kok jadi tukul ya?" Bukan, tetapi jika perlu, lihatlah dengan mata kaki sebelum melangkahkan kakimu ke Jakarta.

    Sebenarnya, menurut saya, di mana pun Anda berada, Anda pasti akan berhasil. Asalkan Anda memiliki kemauan untuk menjadi berbeda dengan orang di sebelah Anda. Itulah yang membuat kita berhasil sebenarnya. Namun, kebanyakan orang mengabaikan hal tersebut. Karena banyak orang yang mengabaikan, saya berani mengatakan seperti ini. Haha, "pecontek tidak akan pernah bisa melebihi apa yang dicontek".

    Oleh karena itu, lebih baik menciptakan karya sendiri dari apa yang kita lihat dan rasakan, bukan hanya menjiplak apa yang kita lihat tanpa berani mengubah atau memodifikasinya.

    Tulisan ini dibuat saat penulis sedang iseng dan tidak memiliki kerjaan di Bus TJ. Daripada mengintip Facebook yang tidak jelas, lebih baik membuat tulisan yang menarik.